Assalamu'alaikum wr. wb " Kami Pengurus mengajak kepada bapak/ibu/saudara donatur/pembaca blogpanti yang ingin berinvestasi akhirat utk pembebasan tanah panti permeter : 250.000.yang masih kurang 35 juta.jika berminat hbg bendahara Hj,sri Murtini :081328838320/0274 773720/774230/langsung transfer ke no.rekening panti BRI cab.wates no.0152.01.003706-50-5 Cq H.Anwarudin. semoga menjadi sebab-sebab kemudahan dan khusnulkhotimah

Jumat, 04 Desember 2009

MAKNA AKIDAH DAN URGENSINYA BAGI SEORANG MUSLIM

Oleh : Pengasuh Panti Asuhan Muhammadiyah Kriyanan Wates Kulon Progo
NBM : 8 4 7 8 0 0
AKIDAH SECARA ETIMOLOGI
Akidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. اعْتَقَدْتُ كَذَا artinya “saya beri’tiqad begini.” Maksudnya, saya mengikat hati terhadap hal tersebut. Akidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan, “dia mempunyai akidah yang benar,” berarti akidahnya bebas dari keraguan.
Akidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.
Akidah secara syara’
Yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan kepada hari akhir serta kepada qadar yang baik maupun buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman. ( Lihat kitab Himpunan Putusan tarjih Muhammadiyah pada bab Iman pada halaman 10-11. dan sekedar saran sebaiknya bagi muballigh Muhammadiyah memilikinya sebagai pegangan dan perbandingan bagi ormas dan kelompok diluar Muhammadiayah )
Syariat terbagi menjadi dua: i’tiqadiyah dan amaliyah.
I’tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti i’tiqad (kepercayaan) terhadap Rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya, juga beri’tiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah atau (pokok agama). Syarah Aqidah Safariniyah I, hal 4.
Sedangkan amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal. Seperti shalat, Zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut Far’iyah (cabang agama), karena ia dibangun diatas i’tiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i’tiqadiyah.
Maka aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Sebagaiman firman Allah SWT,
َفمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدَا
Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya".(Al kahfi: 110)
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Az-Zumar: 65)
فَاعْبُدِ اللهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّيْنَ , أَلاَا لِلًّهِ الَّدِيْنَ الخَالِصُ
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (Az-Zumar: 2-3)
Ayat-ayat diatas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi yang pertama kali adalah pelurusan aqidah. Dan hal pertama yang didakwahkan para Rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia. Sebagaimana firman Allah,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا الله َوَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", ..........” (An-Nahl: 36) Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal dakwahnya,
Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib dan seluruh rasul. Selama 13 tahun di Makkah sesudah bi’tsah Nabi mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan akidah, karena hal itu merupakan landasan bangunan Islam. Para dai dan para pelurus agama dalam setiap masa telah mengikuti jejak para Rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan akidah, setelah itu mereka mengajak kepada seluruh perintah agama yang lain.
SUMBER - SUMBER AKIDAH YANG BENAR DAN MANHAJ SALAF DALAM MENGAMBIL AKIDAH
Akidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar’i, tidak ada medan ijtihad dan berpendapat didalamnya terbatas kepada apa yang ada didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengetahui tentang Allah, tentang apa – apa yang wajib bagi-Nya dan apa yang harus disucikan darinya melainkan Allah sendiri. Dan tidak seorang pun sesudah Allah yang lebih mengetahui tentang Allah selain Rasullullah SAW. Oleh karena itu manhaj as-Salafush shalih dan para pengikutnya dalam mengambil akidah terbatas pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Maka segala apa yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang hak Allah mereka mengimaninya, menyakini- Nya dan mengamalkannya. Sedangkan apa yang tidak ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah mereka menolak dan menafikannya dari Allah. Karena itu, tidak ada pertentangan di antara mereka didalam i’tiqad.bahkan aqidah mereka adalah satu dan jama’ah mereka juga satu. Karena Allah sudah menjamin orang yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulnya dengan kesatuan kata, kebenaran aqidah dan kesatuan manhaj. Allah swt berfirman
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْل الِلَّهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا.
“ Dan berpegangِlah kamu semuanya kepada tali (agama ) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai ,.......(ali Imran :103)
فَأِمَّا يَاْتِيَنَّكُمْ مِّنِّى هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَ لاَ يَشْثَى.
“ Maka jika datang kepadamu petunjuk-Ku, lalu barang siapa yang mengikuti pejunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka .” (Thaha :123).
Karena itulah mereka dinamakan firqah Najiyah ( golongan yang selamat ). Sebab Rasulullah SAW telah bersaksi bahwa merekalah yang selamat, ketika memberitahukan bahwa ini akan terpecah menjadi 73 golongan yang semuanya dineraka, kecuali satu golongan. Ketika ditanya tentang yang satu itu, beliau menjawab ,
هُمْ مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ اْلأيَوْمَ وَ أَصْحَبِيْ.
“ Mereka adalah orang yang berada diatas ajaran yang sama dengan ajaranKu pada hari ini , dan para sahabatKu.”(HR.Ahmad).
Kebenaran sabda baginda Rasulullah SAW tersebut telah terbukti ketika sebagian manusia membangun akidah di atas landasan selain Kitabullah dan Sunnah , yaitu diatas landasan ilmu kalam dan kaidah – kaidah manthik yang diwarisi dari filsafat Yunani dan Romawi. Maka terjadilah penyimpangan dan perpecahan dalam akidah yang mengakibatkan pecahnya umat dan retaknya masyarakat islam.
PENYIMPANGAN AKIDAH DAN CARA – CARA PENANGGULANGANNYA
Penyimpangan dari akidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan. Karena akidah yang benar merupakan monivator utama bagi amal yang ber manfaat.
Tanpa akidah yang benar seseorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan keragu–raguan yang lama–kelamaan mungkin menumpuk dan menghalagi dari pandangan yang benar terhadap jalan kebahagiaan, sehingga hidupnya terasa sempit lalu ia ingin terbebas dari kesempitan tersebut dangan menyudahi hidup,sekalipun dengan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi pada banyak orang yang telah kehilangan hidayah akidah yang benar.masyarakat yang tidak dipimpin oleh akidah yang benar merupakan masyarakat bahimi(hewani), tidak memiliki prinsip-prinsip hidup bahagia, sekalipun mereka bergelimang materi tetapi terkadang justru sering menyeret mereka pada kehancuran sebagaimana pada masyarakat jahiliyah.karena sesungguhnya kekayaan materi memerlukan taujih (pengarahan) dalam menggunakannya, dan tidak ada pemberi arahan yang benar kecuali akidah yang shahihah. Allah berfirman:
يَآيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَ اعْمَلُوْا صَالِحًا.
“Hai Rasul-rasul, makanlah makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih.” (Al Mu’minun :51).
وَ لَقَدْ ءَاتَيْنَا دَاوُوْدَ مِنَّا قَضْلاً، يَاجِبَالُ أَوِّبِى مَعَهُ وَ الطَّيْرَ، وَ أَلَنَّا لَهُ اْلحَدِيْدَ(10) أَنِِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَ قَدِّرْ فِى السَّرْدِ، وَ اعْمَلُوْا صَالِحًا، أِنِّى بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ(11).
“ Dan sesunggunya telah kami berikan kepada Daud karunia dari kami. (kami berfirman ), ‘Hai gunung – gunung dan burung – burung, bertasbihlah berulang –ulang bersama Daud, ‘ dan kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar – besar dan ukurlah anyamannya ; dan kerjakanlah amalan yang shalih. Sesungguhnya aku melihat apa yang kamu kerjakan .” (Saba : 10 – 11).
Maka kekuatan akidah tidak boleh dipisahkan dari kekuatan madiyah (materi). Jika hal itu dikerjakan dengan menyeleweng kepada akidah batil, maka kekuatan materi akan berubah menjadi sarana penhancur dan alat perusak , seperti yang terjadi di negara –negara kafir yang memiliki materi, tetapi memiliki akidah shahihah.
Sebab penyimpangan dari akidah shahihah yang harus kita ketahui yaitu :
1) Kebodohan terhadap akidah shahihah, karena tidak mau (enggan ) mempelajari dan mengajarkannya, atau kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh suatu generasi yang mengenal akidah shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau kebalikannya. Akibatnya , mereka menyakini yang haq sebagai suatu yang batil yang batil dianggap sebagai haq. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Umar ra. :
أِنَّمَا تُنْقََضُ عَرَى اْلاِسْلاَمِ عُرْوَةً أِذَا نَشَأَ فِى اْلاِسْلاَمِ مَنْ لاَ يَعْرِفُ اْلجَاهِلِيَّةَ.
“ Sesungguhnya ikatan simpul islam akan pudar satu demi satu, manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan .”
2) Ta’ ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekalipun itu batil, dan mencampakkan yang menyalahinya, sekali pun hal itu benar. Sebagaimana difirmankan Allah swt :
وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوْا بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَ نَآ، أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ شَيْئًا وَ لاَ يَهْتَدُوْنَ(170).
“ Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Ikutilah apa yang diturunkan Allah,’ mereka menjawab,’ (tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapati petunjuk?”(Al Baqarah :170).
3) Takliq buta, denagan mengambil pendapat manusia dalam masalah akidah tanpa mengetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya. Sebagaimana yang terjadi pada golongan seperti mu’tazilah, jahmiyah dan lainnya. Mereka berbakti kepada orang–orang sebelum mereka dari imam sesat, sehingga mereka juga sesat, jauh dari akidah shahihah.
4) Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga meyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali Allah, baik berupa pendatangan manfaat maupun menolak kemudharatan juga menjadi para wali itu sebagai perantara antara Allah dan makhlukNya, sehingga pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan bukan menyembah Allah. Mereka bertaqarrub kepada kuburan para wali itu dengan hewan qurban, nadzar, do’a, istighasah dan meminta pertolongan. Sebagaiman yang terjadi pada kaum Nabi Nuh terhadap orang – orang shalih ketika berkata:
“Jangan sekali–kali kamu meninggalkan ( penyembahan ) Tuhan–Tuhan kamu dan jangan pula sekali–kali kamu meninggalkan ( penyembahan ) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaghuts, Ya’ uq dan Nasr.” (Nuh : 23 )
dan demikianlah yang terjadi pada pengagung–pengagung kuburan diberbagai negeri sekarang ini.
5) Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat–ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat–ayat kauniyah) dan ayat–ayat Allah yang tertuang dalan KitabNya (ayat–ayat Qur’aniyah) disamping itu, juga terbuai dengan hasil-hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia serta menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata.Sebagaimana kesombongan qarun yang mengatakan,
اِنَّمَا أُوتِيتُهُ, عَلَي عِلْمٍ عِنْدِى
“Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. “ ( Al – Qashash : 78 )
Dan sebagimana perkataan orang lain yang juga sombong :
هَذَا لِي
“ Ini adalah haqku....” (fushshilat : 50 )
اِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمِ
“Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah kepintaranku .” ( Az-Zumar : 49 )
Mereka tidak berpikir dan pula melihat keagungan Tuhan yang telah menciptakan alam ini dan yang menimbun berbagai macam keistimewaan di dalamnya. Juga yang mencipakan manusia lengkap dengan keahlian dan kemampuan guna menemukan keistimewaan-keistimewaan alam serta fungsinya demi kepentingan manusia.
وَ اللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
“ Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (Ash – shaffat : 96 ).
أَوَلَمْ يَنظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَوَتِ وَاْلاَرْضِ وَمَا خَلَقَ اللهُ مِنْ شَىءٍ
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah,(Al A’raf :185 ). “ Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian dia mengeluarkan air hujan itu berbagai buah – buahan menjadi rizqi untukmu, dan dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendakNya, dan dia telah menundukkan (pula ) bagimu sungai – sungai. Dan dia talah menundukkan pula bagimu matahari dan bulan yang terus – menerus beredar (dalam orbitnya ); dan telah menundukkan bagimu. Dan dia telah memberikan kepadamu ( keperluan) dari segala apa yang kamu mohon kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu menghinggakannya.” (Ibarohim : 32 -33 ).
6) Pada rumah tangga sekarang ini kosong dari pengarahan yang benar (menurut Islam). Padahal Rasulullah saw. Telah bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“ Setiap bayi itu dilahirkan atas fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang ( kemudian ) membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau majusi.” (HR. Al- Bukhari). Jadi, orang tua mempunyai peranan besar dalam meluruskan hidup anak – anaknya.
7) Enggannya media pendidikan dalam media informasi melaksanakan tugasnya. Kurikulum kebanyakan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan agama Islam, bahkan ada yang tidak peduli sama sekali. Sedangkan media informasi, baik media cetak maupaun elektronik berubah menjadi media penghancur dan perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang bersifat materi dan hiburan semata. Tidak memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral dan menanamkan akidah serta menangkis aliran-aliran sesat. Dari sini, muncullah generasi yang telanjang tanpa senjata, yang tidak berdaya dihadapan pasukan kekufuran yang lengkap persenjataannya.
CARA – CARA MENANGGULANGI PENYIMPANGAN INI
Cara menanggulangi penyimpangan di atas teringkas dalam poin – poin berikut ini :
1) kembali kepada kitabullah dan sunnah Rasulullah صل الله عليه وسلم. Untuk mengambil akidah shahihah. Sebagaimana para Salafus shalih mengambil akidah mereka dari keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang telah memperbaiki ummat pendahulunya. Juga dengan mengkaji akidah golongan sesat dan mengenal syubhat–syubhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai, karena siapa yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.
2) Memberi perhatian pada pengajaran akidah shahihah, akidah, di berbagai jenjang pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam menyajikan materi ini.
3) Meneyebarkan para da’i yang meluruskan akidah umat Islam dengan mengajarkan akidah para sahabat dan para ulama terdahulu , serta menjawab dan menolak seluruh akidah batil.
وبالله التوفيق
Referensi :
1. CD Al-qur'an dan terjamah dua bahasa ( Indonesia dan Inggris )
2. Maktabah Syamilah DVD berbagai macam kitab
3. Kitab Himpunan Putusan tarjih Muhammadiyah
4. Kitab Tauhid .Dr.Shalil bin Fauzan

1 komentar:

  1. Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai akidah bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

    BalasHapus